Senin, 14 Desember 2009

Cerita 1- BUNDAKU PERMATAKU


Seorang gadis kecil bertanya kepada ibunya, ”Mengapa Bunda menangis?”. “Karena Bunda butuh menangis”, jawab sang ibu. “Aku tak mengerti…”, ujar si kecil. Sang ibu memeluk si kecil dan berkata, “Kau tidak akan pernah mengerti”.
Gadis kecil itupun semakin bingung, kemudian ia berlari dan menemui ayahnya, lalu bertanya, ”Ayah, mengapa Bunda menangis tanpa alasan yang jelas dan bisa ku mengerti?”. “Semua perempuan seperti itu, terkadang menangis tanpa alasan”, jawab sang ayah.
Dengan jawaban ayahnya seperti itu gadis kecil semakin penasaran. Pergilah ia mencari guru mengajinya untuk bertanya, masih dalam keadaan bingung mengapa Bundanya menangis tanpa alasan yang jelas. “Wahai ustadzah, mengapa ibundaku dan kaumnya begitu mudah menangis?”

Menjawablah sang ustadzah : “Ketika Tuhan menciptakan wanita, maka Dia menciptakan mahluk yang sangat spesial. Wanita dikaruniai kekuatan batin yang luar biasa untuk dapat menangguhkan pedihnya sewaktu melahirkan anak, ketegaran yang membuatnya terus bertahan dan berjuang ketika orang lain berputus asa dan lelah demi merawat keluarganya yang sakit tanpa mengeluh. Kepekaan untuk mencintai anaknya tanpa batas bahkan saat si anak menyakiti hatinya. Tuhan mengkaruniakan wanita dengan airmata untuk dipakainya setiap saat ketika dia membutuhkan. Dia tidak memerlukan alasan dan penjelasan untuk menggunakannya karena air mata itu adalah miliknya. Kecantikan seorang perempuan ada pada matanya, karena itu adalah pintu gerbang menuju hatinya – tempat cinta bersemayam”.
Gadis kecil itu kemudian berlalu dengan wajah ceria dan membawa jawaban yang disimpannya dalam hati dan tak pernah lagi bertanya pada ibunya : Mengapa Bunda menangis?
Semakin hari gadis kecil itu semakin menyadari bahwa setiap teguran, pujian, perintah, nasehat bahkan omelan Bundanya adalah wujud kasih sayang Bunda yang tiada batas terhadapnya.
Kini gadis kecil itu tumbuh menjadi gadis dewasa yang cerdas dan matang, tak terasa usianya telah 25 tahun lebih beberapa bulan. Itu berarti , selama itu pula kasih sayang Bunda tidak pernah pudar sedikitpun dalam kehidupannya.
1 bulan lagi kehidupan baru akan segara dijalaninya. Ya….gadis itu akan segera menikah dengan pangeran pilihan hatinya, akan menjadi seorang istri dan akan menjadi Bunda untuk anak-anaknya kelak. Entahlah, saat itu juga ingin rasanya ia menangis dan tak terasa butir-butir airmatanya berjatuhan.
Sesaat kemudian ia teringat masa kecil ketika ia melihat Bundanya menangis tanpa alasan. “Mungkin ini yang dirasakan Bunda…, tiba-tiba butuh menangis tanpa alasan, hanya untuk melegakan dada”, ucapnya dalam hati.
Suatu pesan yang terpatri dalam hati gadis itu, Bundaku adalah guru terbaik dan yang paling berjasa. Dengan segala kesabaran, ketegaran, kejujuran, dan kesetiaannya, membuat aku banyak belajar, mendapat pengalaman hidup, dan berusaha menjadi wanita yang sabar, tegar, jujur, setia, dan mandiri sampai saat kelak aku menjadi Bunda untuk anak-anakku.
Tak akan pernah terlupa ketika batu kecil melayang dan jatuh diatas tanah, Bunda telah mengajariku melompat bersama untuk bermain engkle. Ketika jariku bardarah karena tertusuk jarum dan teriris pisau, Bunda telah mengajariku menjahit dan memasak. Ketika aku mencurahkan isi hati tentang masalahku padanya, dengan mata penuh keteduhan dan perhatian Bunda menatapku penuh kasih sayang. Dan ketika aku mengangis karena ada yang menyakitiku, pelukan Bunda yang selalu pertama kali menenangkanku dan mengajarkan tentang apa itu arti ikhlas.
Bunda….kini aku adalah gadis kecilmu yang telah beranjak dewasa. Meski dahulu Bunda pernah menangis tanpa alasan, aku tidak akan pernah membuat Bunda menangis karena kesedihan. Doamu adalah pelita setiap langkahku…



Tulisan ini kupersembahkan untuk ibuku tercinta in Mother's day
Alhamdulillah menjadi 5 cerita terbaik radio Cosmonita Surabaya Desember'05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar